“Bantu susun barangnya,” Harien menyuruh mereka bertiga. Tapi tidak ada yang merespon. Mereka semua justru berlari menjauhi Harien.
“Bangsat bener, enggak ada yang berguna taii,” Seru Harien kesal. Matanya menatap malas mereka bertiga yang telah duduk rapi di sofa.
Mau tidak mau dengan hati dingin Harien menyusun barang belanjaan yang dibelinya tadi. Setelah tersusun rapi sesuai tempat, Harien berpikir sedikit tentang masakan apa yang akan ia masak untuk makan malam nanti.
“Kalian mau makan apa nanti malam?”
“Apa aja, Har,” Sahut Mario, yang lain hanya mengangguk menyetujui jawaban Mario.
“Capcay udang sama ayam mau?”
“Iya, sayang,”
Mario memukul dada Nanda sedikit keras, “Pacar gue bego! Main sayang-sayang aja lo.”
“Ya, maaf. Siapa tau kalian besok putus, jadi gue siap siaga yang gantiin posisi lo,”
“Mulut looooo,” Mario memukul mulut Nanda.
Selagi Harien sibuk memasak makanan untuk jam siang, ketiga cowok di sana fokus dengan permainan di layar kaca itu. Tidak sekali dua kali omongan kasar tidak terdidik keluar dari mulut. Harien sudah biasa dengan omongan kasar mereka, bahkan kata kemaluan pria juga mereka sebutkan tanpa permisi. Ia sudah terbiasa dengan itu semua selama ia join dalam discord mereka.
Waktu demi waktu mereka semua lewati bersama. Tidak terasa sudah malam hari. Sesuai kemauan Harien, Raja dengan Nanda tidur berdua di ruang tengah. Sedang Mario ikut bersama Harien di dalam kamar.
“Gue ikut di kamar dong, Har,” Ucap Nanda dengan nada yang dibuat-buat.
“Kaga. Lo dua di situ aja,”
“ya udah iya di sini,”
Mario tersenyum manis mengikuti Harien masuk ke dalam kamar. Mereka benar-benar tidur bersama di atas kasur yang sama. Harien tidak melarang Mario jika cowok itu bersikap lebih. Mario tentu sedikit heran, tapi ia cukup sadar dengan batasannya.
“Udah ngantuk?” Tanya Mario sedikit berbisik.
“Udah,”
“Bisa tidur enggak?”
“Enggak,” Mario terkekeh. Dikecupnya dahi Harien sebelum tangan kekar hangatnya itu bergerak mengelus surai lembut milik Harien.
Elusan demi elusan menghanyutkan pikiran Harien, perlahan matanya terpejam, suara teratur yang tenang menerobos pendengaran Mario. Pacarnya sudah tidur.
Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar yang dibuka perlahan. Cahaya dari luar sana masuk ke dalam.
“Mar?” Suara bisikan Nanda terdengar.
“Kenapa?”
“Harien udah tidur?”
“Udah,”
Dahi Mario bergerak bingung, Nanda dengan Raja masuk perlahan mendekati kasur Harien.
“Mau tidur di sini, lo diem aja,” Belum Mario protes, Nanda udah menaikan bantalnya ke atas kasur. Menggeser Mario agar sedikit jauhan.
“Sempit bego, Nan,”
“Kaga,”
Raja ikutan, ia ingin tidur di sebelah Harien. Belum sempat Raja menaiki kasur, Mario dengan cepat menahan badan Raja dengan kakinya, “Lo tidur di situ gue gebuk.”
Raja berdecak malas, terpaksa ia tidur di samping Nanda yang telah tertidur nyenyak entah kapan. Suara dengkurannya terdengar nyaring melebihi milik Harien.
Mereka berempat tidur bersama di atas kasur yang lumayan berukuran besar itu. Demi tidur sekasur dengan Harien, Nanda dan Raja rela bersempit seperti ini. Jujur saja sekarang wajah Mario sedang tidak bersahabat. Ia awalnya ingin berduaan saja dengan Harien di kala malam ini.