Barata dengan terburu-buru menghampiri Lino yang sedang kewalahan menyuruh kedua cowok itu berhenti untuk bermain bola. Barata juga tidak habis pikir. Bagaimana bisa mereka bermain selama itu. Ia cukup terkaget setelah membaca last tweet dari Lino.

Tapi, kedatangan Barata di sini sekarang hanya untuk Janu. Bukan Nanda.

“Dateng juga. Tolong bawa Nanda, ya? Biar Janu gue yang urus,” Ujar Lino begitu melihat Barata.

“Janu gue aja yang bawa,” Seru Barata menahan tangan Lino yang hendak membawa Janu.

Nanda menatap Barata tidak percaya, “Ta?” Lirihnya dengan nada pelan.

“Ayok, Nu,” Barata mengangkat lengan Janu agar cowok itu berdiri dan menggandeng tangannya erat. Sekejap, matanya beradu tatap dengan Nanda, “Jangan kekanakan, Nanda.”

Janu tau mereka berdua masih berada di dalam area emosi. Janu tidak bisa berbuat apa-apa. Menolak ajakan Barata juga untuk apa? Jelas ia senang. Barata orang yang dia sukai, mengapa harus ia tolak ajakannya?

Lino yang melihat adegan drama itu hanya menghela napas berat. Tidak tega juga melihat Nanda yang ditolak seperti itu.

“Udah enggak usah sedih lo, badrol! Buru bangun gue anter pulang sebelum gue te-

Belum sempat Lino mengakhiri ucapannya, Nanda sudah berbalik pulang meninggalkan Lino sendiri di lapangan dengan dua bola futsal yang terlihat usang.

“Ya Tuhan, mereka kenapa, sih?”