JEALOUSY
“Sayang!” Barata menolehkan kepalanya, melihat Nanda yang memanggilnya dari jauh.
“Kok kamu kesini? Ngapain, bego?” Omel Barata.
“Aku cemburu,” Ujarnya terus terang.
Janu menatap Nanda sedikit kesal.
“Aku cuma jalan sebentar sama Janu,”
“Ya, tetep aja!”
“Kalo mau ribut rumah tangga jangan disini, di rumah aja.” Janu berucap melerai perdebatan mereka. Jika boleh berbicara terus terang ke Barata, ia ingin mengatakan, “Kita jalan berdua doang emang susah, ya, Ta?”
Mereka jalan bertiga. Barata di tengah antara Janu dan Nanda. Sedari tadi tautan genggaman Nanda dan Barata tidak pernah lepas. Janu melihat itu hanya tersenyum kecut, berbicara pada dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa cemburu.
Sesekali mereka mampir membeli minum atau makanan ringan saat melewati toko yang menarik perhatian. Bukan mereka, lebih tepatnya Nanda dan Barata. Janu hanya mengikuti dua cowok itu.
Sebelum Nanda datang, Janu tampak menikmati berjalan berdua bersama Barata. Makan bersama, bercanda bersama. Janu mendambakan momen itu.
“Nu,” Panggil Barata.
Janu menoleh cepat, “Kenapa?”
“Diem mulu, kenapa lo?” Tanya Barata.
“Nyokap gue nyuruh pulang, gue tinggal kalian gapapa,'kan?” Janu bohong, pernyataan itu tidak benar. Ia hanya ingin menjauh dari mereka berdua. Hatinya sedikit sakit saat melihat interaksi mereka.
Nanda dan Barata mengangguk paham.
“Iya, gapapa. Hati-hati, ya,”
“Iya, Ta. Thanks udah nemenin,”
“Santai,”
Janu berjalan meninggalkan mereka berdua. Ia sudah bersyukur bisa bersama Barata meski tidak lama.
“Konyol bener kisah percintaan gue,” Janu tertawa pelan setelah bermonolog sendiri.