Swimming Pool

Harien kira ucapan Mario tentang ingin menciumnya hanya perkataan abal-abal belaka. Tapi itu tidak! Mario sudah berada di hadapannya. Menatap dirinya dengan senyuman ngeselin itu seperti tidak berdosa. Satu pertanyaan Harien, “Bagaimana Mario bisa mengetahui keberadaan rumahnya?” Sedangkan selama dirinya diantar pulang oleh Mario, ia hanya memberikan alamat palsu.

“Gue beneran minta ke wali kelas lo,” Ujar Mario seakan menjawab isi pikiran Harien detik ini.

“Serius lo, bangsat?” Harien masih tidak percaya. Mario menghampirinya dalam sekejap. Seperti tidak ada waktu yang menghambat.

“Iya,”

“Terus lo kenapa bisa ada di sini, anjing? Kenapa gak lewat depan rumah gue?”

“Kalo gue masuk dengan sopan kayak cowok lainnya, lo enggak bakal persilahkan gue.” Jawaban Mario mendapat helaan nafas panjang dari Harien.

“Tapi enggak dengan manjat tembok juga, goblok!”

Mario terkekeh pelan. Meski halaman belakang Harien gelap tidak ada pencahayaan yang menyinari mereka, Harien masih bisa melihat jelas tampang rupawan Mario saat terkekeh. Tampan sekali.

Seperkian detik, Mario meringis kesakitan. Harien jelas panik, “Kenapa lo?” Ujarnya kalang kabut sembari mengikis jarak mereka, mendekati Mario.

“Tangan gue kayaknya berdarah. Coba lo liat, deh,” Pinta Mario masih meringis kesakitan.

Harien menarik tangan Mario dengan kasar. Memutar kedua tangan itu untuk melihat keadaannya. Tetapi nihil. Tidak ada goresan sedikit pun di tangan berurat itu.

“Lo bohongin gue?” Ketus Harien.

“Hehe,”

“Anjing lo!” Harien mendorong badan Mario hingga badan besar itu terjatuh ke dalam kolam renang yang cukup dalam.

Mario tidak sebodoh itu. Ia tau jika Harien akan mendorongnya. Dengan siap siaga, tangan kanannya menggapai pinggang Harien lalu menariknya agar ikut terjun bebas ke dalam air dingin itu. Tangannya memeluk badan Harien dengan erat.

Di dalam kolam renang, mereka tidak langsung naik. Mario menahan badan Harien yang hendak naik untuk mengambil nafas. Menyadari dirinya masih dalam pelukan Mario, Harien menatap kedua mata Mario tidak percaya. Ia seakan memberitahukan kepada cowok itu jika dirinya butuh pernapasan lebih.

Mario tidak peduli, ia malah semakin mendekati dirinya pada Harien. Menangkup kepala belakang Harien dengan cepat. Lalu, ia mulai menyatukan bibirnya dengan milik Harien.

Mereka berciuman. Berciuman di dalam air tenang.

Keduanya sedang berciuman sembari melumat di dalam kolam renang yang disinari oleh cahaya remang dari bawah sana. Malam gelap tanpa bintang kelap-kelip dan rembulan bersama cahaya polos indahnya menjadi momen kemesraan keduanya.

Mario dan Harien bertaut bibir lagi untuk kesekian kalinya.