Warde: Warung Depan

Ini bukan pertama kalinya Harien datang ke warung kecil ini. Namun, kali ini sedikit berbeda. Setiap ia datang, tidak ramai seperti sekarang. Saat ini, warung itu ramai akan anak RJWALI yang katanya ini memang sarang mereka.

Harien yang memang diundang langsung oleh alumni santai saja seperti biasa. Tidak merasa takut akan diusir.

“Lo Harien?” Salah satu cowok dari beberapa yang lainnya menyadari keberadaan Harien.

“Iya, bang,”

“Disuruh Jaya, 'kan?”

“Iya,”

“Oke. Sebentar, ya. Tunggu yang lain pada ngumpul dulu baru gue jelasin kenapa lo disuruh ke sini,”

Harien menangguk, “Iya, santai aja bang.”

Nanda dari jauh menatap keberadaan Harien yang tampak santai. Berbeda dengan anak baru sebelumnya. Harien berbeda dengan kata lain. Nanda tidak menyukainya. Entah apa alasannya. Mungkin hanya dirinya saja yang tahu itu.

“Udah kumpul semuanya, ya?”

“Udah!”

“Di sini gue mau nyampein pesan dari alumni kita. Ada satu siswa yang bakalan masuk ke dalam kelompok kita. Tentang sementara atau menetap itu tergantung kemauan si siswa. Oke, gue langsung panggil aja anaknya,” Bagas menantap Harien. Menyuruhnya untuk berdiri di sampingnya lewat kontak mata mereka.

Harien paham, ia berdiri. Sedikit berdehem guna untuk menghilangan sedikit kecanggungan yang timbul, “Gue Harien. Anak baru di Gajah Mada. Mulai sekarang gue ada di pihak kalian, bukan pihak manapun. Gue selaku siswa Gajah Mada udah lepas tanggung jawab dari sekolah sebelumnya.”

“Tentang penggabungan gue dalam kelompok kalian, gue cuma ngambil waktu sementara. Gue harap kalian terima kehadiran gue sekarang. Thanks.”

Dari informasi yang dipaparkan oleh Harien tadi, ada beberapa yang menatapnya tidak suka. Memang jelas ada pro dan kontra yang harus diterima. Harien mau tidak mau mulai sekarang akan menjalani hidup penuh dengan luka dan penyesalan.